Minasanews.Com.Barru— Perjuangan melahirkan bayi kembar dua oleh seorang Ibu di RSUD Barru berakhir pilu. Kedua bayi yang dilahirkan itu berujung miris karena menghembuskan nafas terakhirnya di dua Rumah Sakit berbeda. Anak kembar pertama dengan berat 1,3 kg meninggal dunia saat baru lahir, Selasa siang (7/10/2025) di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru.
Kemudian selasa malam, menyusul adik kembarnya yang nyawanya tak tertolong setelah dirujuk ke RS Ainun Habibie di Kota Pare-pare. Kondisi bayi kembar ini lahir dalam keadaan prematur karena yang pertama memiliki berat badan 1,3 kg kemudian adiknya hanya 1,2 kilogram.
Kedua bayi kembar tersebut meninggal dunia, kata dokter Andi Risko Amaliah karena mengalami potensi sesak nafas, lantaran yang keluar saat lahir adalah bokong sehingga mengalami gangguan pernafasan
Dokter spesialis anak ini menjelaskan bahwa bayi yang lahir bokong sangat rentan mengalami sesak nafas.
Kondisi inilah yang dialami kedua bayi kembar yang meninggal dunia itu. “Kita sudah berusaha memberikan penanganan yang terbaik dalam proses kelahiran dari kedua bayi tersebut. Bahkan satu diantaranya terpaksa dirujuk ke RS Ainun Habibi, namun nyawanya juga tidak bisa terselamatkan,” kata dokter Andi Risko.
Dokter spesialis anak yang menangani bayi kembar setelah lahir itu menyatakan dirinya bukan hanya memberikan pelayanan saat berada di RSUD Lapatarai Barru. Tetapi dirinya juga menangani bayi yang dirujuk di RS Ainun karena memang bertugas didua Rumah Sakit ini.
Risko juga menjelaskan lebih detail bahwa bayi lahir dengan bokong keluar lebih awal bukan hanya rawan sesak nafas. Kondisi demikian juga bisa memicu tingkat stres bayi yang semakin meningkat dan akan diikuti kenaikan gula darah.
“Lahir bokong paling berpengaruh kemudian memicu sesak nafas bayi, sehingga sulit tertolong. Adapun tambahan kondisi lain seperti prematur dan kematangan paru yang tidak mendukung merupakan pemicu tambahan saja,” jelasnya.
Untuk kondisi bayi prematur dengan berat badan 1,2 kg masih banyak yang bisa ditangani dengan baik dan bisa bertahan hidup. “Contoh dihari kelahiran bayi kembar di RSUD Lapatarai itu juga ada bayi prematur dengan berat badan 1,2 kg, tetapi bukan lahir bokong yang saya tangani di RS Ainun sampai hari ini kondisinya masih bagus,”ujar dokter spesialis anak ini.
Dokter Andi Risko juga tak menampik jika soal fasilitas kedua Rumah Sakit yang ditempati bertugas ini sangat berbeda. Sarana penanganan bayi dan anak di RS Ainun masih lebih baik dari RSUD Lapatarai.( Udi)






















