Minasanews.com, Makassar – PT Semen Tonasa, sebagai bagian dari SIG, berkomitmen untuk gagas kegiatan perusahaan dengan ekosistem lingkungan sekitar. Menggagas penggunaan energi baru terbarukan dalam menjaga konservasi lingkungan, Semen Tonasa juga peka terhadap pelestarian keanekaragaman hayati, cagar alam, serta budaya yang ada di lingkungan Semen Tonasa.
Salah satu bukti nyatanya adalah Bulu Sipong. Area seluas 31,4 hektar yang berjarak sekitar 10 km dari lokasi operasional perusahaan ini ditetapkan sebagai area keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi melalui SK Direksi No. 47/ST/PR.00/21.00/01-2018 tanggal 17 Januari 2018. Saat itu, perusahaan melihat adanya indikasi potensi karst dan arkeologi di dalam area bekas lahan tambang yang sudah puluhan tahun tidak digunakan ini.
Potensi arkeologi ini semakin jelas terlihat ketika tahun 2019 sejumlah arkeolog dari Indonesia Australia yang melakukan riset dan penelitian di area Bulu Sipong, mempublikasikan temuannya mengenai lukisan bercerita tertua di dunia pada Jurnal Internasional Nature, sebuah jurnal ilmiah mingguan yang berbasis di Inggris. Dalam jurnal tersebut, para arkeolog menyebutkan bahwa lukisan yang berada di dalam Bulu Sipong tersebut diperkirakan berusia lebih dari 44.000 tahun yang lalu.
Pgs. GM Komunikasi dan Hukum Ardiansyah mengungkapkan, bahwa penetapan area Bulu Sipong sebagai area konservasi 5 tahun lalu ini merupakan bentuk kepedulian dan sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan untuk melaksanakan praktik bisnis yang berkelanjutan.
“Semen Tonasa sejak awal berdirinya, berkeinginan untuk menjadi perusahaan persemenan terkemuka yang berwawasan lingkungan. Salah satu yang mendapat perhatian khusus adalah Taman Keanekaragaman Hayati dan Bulu Sipong. Dimulai sejak tahun 2015 melalui Kebijakan Perlindungan Keanekaragaman Hayati, yang kemudian pada tahun 2018 kawasan tersebut dijadikan area konservasi khusus melalui SK Direksi dengan fokus pada perlindungan flora-fauna lokal, endemik dan langka, serta perlindungan kawasan karst dan situs cagar budaya.”ucap Ardiansyah.
Dalam menjaga dan mengelola secara serius area konservasi Taman Keanekaragaman Hayati dan Bulu Sipong ini, Semen Tonasa telah melakukan banyak hal. Diantaranya seperti penanganan debu jalan tambang melalui pengecoran jalan tambang sejauh 1,5 km, penyiraman jalan tambang minimal sekali per 2 jam, penanaman tanaman endemik, dan pemasangan alat pemantauan debu di area Bulu Sipong.
Ardi menambahkan, selain semua upaya di atas, Semen Tonasa juga bermitra dengan Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep untuk penyusunan Heritage Management Plan (HMP).
“Kami juga menjalin kerjasama dengan Badan Pengelola Geopark Maros- Pangkep, Fakultas Ilmu Budaya Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga ahli yang akan mengelola kawasan Keanekaragaman Hayati dan Bulu Sipong ini nantinya.” pungkasnya.
Sementara itu, Dedy Irfan GM Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep menyebutkan bahwa pihaknya dalam beberapa tahun terakhir telah aktif berkolaborasi dengan PT Semen Tonasa terkait konservasi 2 kawasan yang merupakan bagian dalam Geopark Maros-Pangkep.
“Saat ini ada 2 area di Semen Tonasa yang masuk dalam Geopark Maros-Pangkep. Ada Taman Keanekaragaman Hayati dan Bulusipong sebagai Biosite, serta Kawasan Tonasa Park & sekitarnya sebagai Cultural Site. Saat ini, bersama para pakar dan peneliti, kami sedang melakukan tindak lanjut MoU yg ada dengan Program Heritage Management Plan, yang saat ini sudah melewati tahapan Focus Group Discussion bersama para pakar, dan akan dilanjutkan dengan kegiatan Observasi Lapangan & FGD dengan Masyarakat.” Lanjut Ardi.
Semen Tonasa terus komunikasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XIX, sebagai penguatan agar kelestarian cagar budaya di sekitar Semen Tonasa terjaga dengan baik.(kh)