Minasanews.com, Makassar – Mahasiswa berinisial FJ (awalnya ditulis F) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang ditemukan tewas tergantung ternyata mengendalikan peredaran sabu. FJ menjalankan aksinya lewat media sosial.
“Status daripada yang meninggal adalah digolongkan sebagai pengendali,” ungkap Kapolrestabes Makassar Kombes Ngajib saat konferensi pers di kantornya, Kamis (11/5/2023).
Ngajib menambahkan FJ punya peran penting dalam peredaran sabu. Pelaku mengendalikan pengedar lewat aplikasi instagram.
“Tentunya yang punya akun instagram itu, dan mengedarnya melalui online menggunakan instagram,” paparnya.
Ngajib menjelaskan FJ bersama rekannya inisial HD ditangkap di Jalan Daeng Tata, Kecamatan Tamalate, Makassar, Minggu (7/5). Keduanya ditangkap setelah polisi lebih dulu mengamankan pelaku lain berinisial MS pada Sabtu (6/5).
“Jadi pengedaran itu dilakukan oleh salah satu orang yang hasil ungkap pertama inisial MS, kemudian setelah itu dikembangkan (lalu ditangkap) yang kedua adalah FJ dan HD,” tutur Ngajib.
Kedua pelaku, yakni FJ dan HD kemudian dibawa di kantor polisi untuk diamankan pada pukul 12.00 Wita. Polisi turut menyita barang bukti sabu total 5,6 gram dari tangan pelaku.
“Kemudian kita lakukan pengamanan di kantor dan tentunya dimasukkan dalam ruangan tahanan,” jelasnya.
Sejam setelahnya, FJ tidak terlihat di dalam tahanan. Petugas pun mempertanyakan keberadaan FJ kepada rekannya, HD.
“Pada saat siang pukul 13.00 Wita. kita cari salah satu pelaku inisial FJ ternyata tidak ada di dalam ruang tahanan. Kemudian kita tanyakan pada HD, ternyata FJ lagi di kamar mandi,” tuturnya.
Selang 30 menit, FJ belum juga kembali. Petugas lalu melakukan pengecekan hingga FJ ditemukan tewas tergantung.
“Kita melakukan pengecekan di kamar mandi ternyata didapatkan bahwa FJ itu dalam kondisi bunuh diri, menggantungkan dirinya di salah satu cantelan di kamar mandi dengan menggunakan ikat pinggangnya,” imbuh Ngajib.
Jenazah FJ kemudian dievakuasi untuk diperiksa tim forensik. Belakangan, jasad FJ kemudian diserahkan kepada pihak keluarga yang menolak jenazah FJ diautopsi.
“Sebenarnya kami ingin lakukan autopsi tapi pihak keluarga membuat surat pernyataan untuk tidak dilakukan otopsi. Jenazah langsung kita berikan kepada keluarga,” jelasnya.
Ngajib tidak detail menyebut asal kampus FJ. Namun dia menyebut jika MS dan HD merupakan karyawan swasta.
“Yang dua ini karyawan swasta, yang meninggal mahasiswa,” tambahnya.
Sementara Dokter Forensik Deny Mathius mengungkap hasil pemeriksaan menunjukkan adanya luka lecet di leher korban. Namun luka itu bukan karena tanda kekerasan.
“Fakta-fakta pemeriksaan luar, kita menemukan ada satu luka lecet melingkar di bagian leher. Fakta yang kedua bahwa dari luka lecet itu tidak kami temukan tanda-tanda kekerasan,” jelas Deny.